Sabtu, 03 Januari 2009

Mengapa Anak Suka Melawan & Sulit Diatur?

Apakah Anda mulai merasa kesulitan
mengendalikan perilaku anak Anda?

Apakah tingkah laku anak Anda sering kali
membuat Anda dan pasangan Anda jengkel?

Apakah anak Anda selalu merengek dan memaksa
Anda untuk memenuhi keinginan mereka?

Apakah anak Anda selalu tidak bisa diam, saling mengganggu
atau tidak bisa saling berbagi?

Jika jawaban Anda, "Iya!", maka Anda adalah orang yang
tepat untuk membaca blog ini.

Jika jawaban Anda, "Tidak", maka Anda juga merupakan
orang yang tepat untuk menambah dan berbagi
ilmu pada rekan yang membutuhkan.


Dalam blog ini, kita akan membahas tentang kebiasaan-kebiasaan yang membuat anak-anak kita berperilaku kurang baik. Dengan berkaca pada buku ini, mungkin kita sebagai orang tua yang menginginkan anak kita menjadi yang terbaik, akan dapat mendidik anak kita dengan lebih baik lagi. (Amin...)

Kebiasaan 1
Raja yang Tak Pernah Salah
Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar jalan, tidak jarang tanpa sengaja mereka menabrak kursi atau tersandung. Lalu merekapun pastinya menangis. Umumnya, (yang sangat disayangkan oleh saya), yang dilakukan oleh orang tua agar tangisan anaknya berhenti adalah dengan memukul atau memarahi si kursi atau si lantai yang membuat anaknya menangis. Sambil mengatakan, "Udah, cep-cep, jangan nangis lagi ya... Nanti Papa/Mama pukul/marahin kursi/lantainya, ya?", atau tanpa basa-basi sang orang tua memarahi si kursi/lantai. Dan si anakpun terdiam.

Anak kita itu sebenarnya sangatlah pintar. Merka langsung mempelajari apa yang telah terjadi di sekitarnya. Ketika proses pemukulan/memarahi terhadap benda yang menyebabkan mereka terjatuh, sebenarnya kita telah mengajarkan kepada sang anak bahwa ia tidak pernah bersalah dengan apa yang terjadi dengan dirinya. Sehingga ia beranggapan bahwa yang bersalah terhadap kejadian yang menimpanya adalah orang lain atau benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya, setiap ia mengalami suatu peristiwa dan terjadi suatu kekeliruan, maka yang bersalah adalah orang lain, dan dirinya sendiri merasa selalu benar. Akibat yang lebih lanjut, yang pantas untuk diberi peringatan, sanksi, atau hukuman atas suatu kejadian yang menimpanya adalah orang lain yang tidak melakukan suatu kekeliruan atau kesalahan.

Kita sebagai orang tua baru menyadari hal tersebut ketika sang anak sudah mulai melawan kepada kita. Perilaku melawan ini terbangun sejak kecil karena tanpa sadr kita telah mengajarinya untuk tidak pernah merasa bersalah sekaligus mematikan logika mereka.

Lalu, apa yang seharusnya orang tua lakukan? Yang sebaiknya kita lakukan pada saat kejadian seperti ini adalah, ajarilah sang anak untuk bertanggung jawa batas apa yang telah terjadi. Katakanlah padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya sakit), "Sayang, sakit ya? Lain kali kalau jalan hati-hati, ya... Pelan-pelan saja dulu agar tidak jatuh lagi..."






8 komentar:

  1. wuahhhh............

    masih kecil, udah mikirin keluarga, ya....
    pasti di masa depan nanti, kamu akan menjadi ayah yang baik....

    nanti aku daftar, ya.....

    BalasHapus
  2. hhua..huaaa..hhahha...

    yG d'aTas kOmen'y aNeh bGd!!!!

    u cWo Atw cWe..kLo cWo mSa dEmen mA sTgh Cwo...

    BalasHapus
  3. woy, santai dong, mbak.....

    saya cwe tau.....

    mau geluut? hahh!!!!

    BalasHapus
  4. Mas, mmau bergabung dengan perusahaan saya gak? Chimenk & Glenz Corp... kalau mau tolong tel saya di 085693152XXX, oke? Saya akan promosikan Anda menjadi Dirut perusahaan kami

    BalasHapus
  5. mas,,,,
    mas kok baek banged ceh? ganteng lagii...
    huh pokoknya mas kern deh...
    Saya salut deh sama mas...

    BalasHapus
  6. sok tua nie yang bikin blog..
    ngok ngokkk.!!! :)

    BalasHapus
  7. aduh baca komen-komen ini jadi bikin malu sendiri

    BalasHapus